Selasa, 09 Desember 2008

Werder Bremen


SV Werder Bremen

Nama Lengkap : Sportverein Werder Bremen von 1899 e. V.

Julukan : Werder

Didirikan : 4 Februari 1899

Lapangan : Weserstadion, Bremen

Kapasitas : 43,087

Ketua : Jürgen L. Born

Manajer : Thomas Schaaf

Liga : Bundesliga

2007-2008 : Peringkat 2 di Bundesliga Jerman

Werder Bremen adalah klub sepak bola yang berbasis di kota Bremen di Jerman. Werder Bremen adalah klub sepak bola yang disegani di Jerman kompetisi Bundesliga saat ini dengan permainan sepak bola aktraktif dan menyerang. Di Jerman Werder Bremen adalah tim sepak bola yang banyak menghasilkan gol ke gawang lawan dalam satu musim.

Prestasi

  • Juara Liga Jerman : 1965, 1988, 1993, dan 2004
  • Juara Piala Jerman : 1961, 1991, 1994, 1999, dan 2004
  • Juara Piala Liga : 2006
  • Juara Piala Super Jerman : 1988, 1993, dan 1994
  • Juara Piala Winners : 1992

Pemain Terkenal

  • Diego
  • Clemens Fritz
  • Frank Baumann
  • Ivan Klasnic
  • Miroslav Klose
  • Patrick Owomoyela
  • Per Mertesacker
  • Tim Borowski
  • Torsten Frings
  • Rudi Völler

PSV Eindhoven


PSV Eindhoven

Nama Lengkap : Philips Sport Vereniging

Julukan : Boeren

Didirikan : 21 Agustus 1913

Lapangan : Stadion Philips, Eindhoven

Kapasitas : 35.000

Ketua : Jan Reker

Manajer : Sef Vergoossen

Liga : Eredivisie

2007-2008 : Peringkat 1 di Eredivisie Belanda

Philips Sport Vereniging, dikenal dengan PSV atau PSV Eindhoven, adalah klub olahraga dari Eindhoven, Belanda yang terutama terkenal dengan divisi sepak bolanya.

PSV adalah salah satu dari tiga klub sepak bola terbesar di Belanda, dua yang lainnya adalah Ajax Amsterdam dan Feyenoord Rotterdam. Klub ini memenangi Piala Eropa, cikal bakal Liga Champions, pada tahun 1988 dan adalah salah satu klub yang paling sering tampil di Liga Champions Eropa saat ini. Klub ini sering dijuluki Boeren (bahasa Belanda: "Petani") karena berasal dari daerah provinsi.

Gelar

Nasional

  • Eredivisie (Liga Belanda): 21

1928-29, 1934-35, 1950-51, 1962-63, 1974-75, 1975-76, 1977-78, 1985-86, 1986-87, 1987-88, 1988-89, 1990-91, 1991-92, 1996-97, 1999-00, 2000-01, 2002-03, 2004-05, 2005-06, 2006-07, 2007-08

  • KNVB beker (Piala Belanda): 8

1949-50, 1973-74, 1975-76, 1987-88, 1988-89, 1989-90, 1995-96, 2004-05

  • Johan Cruijff schaal (Piala Soper Belanda): 8

1991-92, 1995-96, 1996-97, 1997-98, 1999-00, 2000-01, 2002-03, 2008

Internasional

  • Piala UEFA: 1

1977-78

  • Liga Champions UEFA: 1

1987-88

  • Piala Perdamaian: 1

2003

Sporting Lisbon


Sporting Lisbon

Sporting Clube de Portugal (biasa dipanggil Sporting Lisboa) adalah nama sebuah klub olahraga Portugal yang paling dikenal melalui tim sepak bolanya. Bermarkas di Lisboa.

Tim sepak bolanya berdiri tahun 1906 dan terkenal akan sistem pelatihan remajanya. Bersama dengan Benfica dan Porto, ketiganya merupakan "tiga klub terbesar" (os três grandes) di Portugal. Sporting memainkan pertandingan kandangnya di Estádio José de Alvalade. Mereka telah 18 kali menjuarai Liga Portugal, serta sekali meraih gelar Piala Winners (1964).

Pemain-pemain terkenal

  • Peyroteo
  • Travassos
  • Albano
  • Jesus Correia
  • Vasques
  • Yazalde
  • Manuel Fernandes
  • Jordão
  • Paulo Futre
  • Damas
  • Oceano
  • Carlos Xavier
  • Jorge Cadete
  • Luís Figo
  • Sá Pinto


  • Krassimir Balakov
  • Yordanov
  • Paulo Sousa
  • Peter Schmeichel
  • Dimas
  • André Cruz
  • Acosta
  • Jardel
  • João Pinto
  • Pedro Barbosa
  • Rui Jorge
  • Simão Sabrosa
  • Aldo Duscher
  • Hugo Viana
  • Fabio Rochemback


  • Ricardo Quaresma
  • Cristiano Ronaldo
  • João Moutinho
  • Nani
  • Liedson

Panathinaikos


Panathinaikos

Panathinaikos adalah sebuah klub sepak bola Yunani. Klub ini didirikan pada tahun 1908. Panathinaikos adalah tim tersukses kedua dalam sejarah persepak bolaan Yunani.

Prestasi

  • A' Ethniki (19x): 1930, 1949, 1953, 1960, 1961, 1962, 1964, 1965, 1969, 1970, 1972, 1977, 1984, 1986, 1990, 1991, 1995, 1996, 2004
  • Piala Yunani (16x): 1940, 1948, 1955, 1967, 1969, 1977, 1982, 1984, 1986, 1988, 1989, 1991, 1993, 1994, 1995, 2004

Piala Super (4x): 1970, 1988, 1993, 1994

Marseille


Olympique de Marseille

Nama Lengkap : Olympique de Marseille

Julukan : l'OM, l'Ohème

Didirikan : 1899

Lapangan : Stade Vélodrome, Marseille

Kapasitas : 60,031

Ketua : Pape Diouf

Manajer : Erick Gerretz

Liga : Ligue 1

2006-2007 : Peringkat 2 di Ligue 1 Perancis

Olympique de Marseille adalah nama tim sepak bola Perancis. Berbasis di Marseille. Tim ini didirikan tahun 1899. Di Perancis OM adalah klub yang paling banyak penggemarnya dengan prestasi yang prestisius yang telah banyak diraih di berbagai kompetisi sepak bola terbaik.

Prestasi

  • 8 Ligue 1: 1937, 1948, 1971, 1972, 1989, 1990, 1991, 1992
  • 10 Piala Prancis: 1924, 1926, 1927, 1935, 1938, 1943, 1969, 1972, 1976, 1989
  • 1 Piala/Liga Champions: 1993

Bordeaux


FC Girondins de Bordeaux

Nama Lengkap : Football Club des Girondins de Bordeaux

Julukan : -

Didirikan : 1881

Lapangan : Stadion Chaban Delmas, Bordeaux

Kapasitas : 35.200

Ketua : Jean-Louis Triaud

Manajer : Laurent Blanc

Liga : Ligue 1

2006-2007 : Peringkat 6 di Ligue 1 Perancis

FC Girondins de Bordeaux adalah tim sepak bola profesional yang bermarkas di Stadion Chaban Delmas. Klub ini bermain di Ligue 1 dan merupakan salah satu klub pendiri Ligue 1 pada tahun 1932. FC Girondins de Bordeaux merupakan salah satu klub tertua dan tersukses di Perancis.

Gelar

  • 5 Ligue 1: 1950, 1984, 1985, 1987, dan 1999
  • 3 Coupe de France: 1941, 1946, dan 1987
  • 1 Coupe de la Ligue: 2001

1 Piala Super Perancis: 1986

As Roma


A.S. Roma

Nama Lengkap : Associazione Sportiva Roma SpA

Julukan : i Giallorossi (the Yellow-reds)

La Magica (The Magic)

i Lupi (the Wolves)

Didirikan : 1927 Italo Foschi

Lapangan : Stadio Olimpico, Rome, Italy

Kapasitas : 72,700

Ketua : Rosella Sensi

Manajer : Luciano Spalletti

Liga : Serie A

2007-2008 : Peringkat 2 di Serie A Italia

Associazione Sportiva Roma, (BIT: ASR) commonly referred to as simply Roma, is an Italian professional football club from Rome, . Founded by a merger in 1927, Roma have participated at the top-tier of Italian football for all of their existence bar one season in the early 1950s. For their 57th season in a row, Roma are competing in Serie A for 2008–09. Roma have won Serie A three times, first in 1941–42 then again in 1982–83 and 2000–01. As well as winning nine Coppa Italia trophies; on the European stage Roma won an Inter-Cities Fairs Cup in 1960–61, but have had come close to success finishing as runners-up in the European Cup in 1983–84 and the UEFA Cup in 1990–91. Home games are played at the Stadio Olimpico, a stadium they share with rivals SS Lazio. With a capacity of over 72,700 it is the second largest of its kind in Italy, with only the San Siro able to seat more. Currently A.S. Roma are the Coppa Italia holders in Italian football.

History

Main article: History of A.S. Roma

For information on the current season, see A.S. Roma 2008-09

Historic first ever Roma club shot.

Associazione Sportiva Roma was founded in the summer of 1927 by Italo Foschi, who initiated the merger of three older Italian Football Championship clubs from the city of Rome; Roman, Alba-Audace and Fortitudo. The purpose of the merger was to give the Eternal City a strong club to rival that of the more dominant Northern Italian clubs of the time. The only major Roman club to resist the merger was Lazio who were already a well established sporting society.

The club played its earliest seasons at the Motovelodromo Appio stadium, before settling in the working-class streets of Testaccio, where it built an all-wooden ground Campo Testaccio; this was opened in November 1929. An early season in which Roma made a large mark was the 1930–31 championship, the club finished as runners-up behind Juventus. Captain Attilio Ferraris along with Guido Masetti, Fulvio Bernardini and Rodolfo Volk were highly important players during this period.

First title victory and decline

After a slump in league form and the departure of high key players, Roma eventually rebuilt their squad adding goalscorers such as the Argentine Enrique Guaita. Under the management of Luigi Barbesino, the Roman club came close to their first title in 1935–36; finishing just one point behind champions Bologna.

Serie A winners in 1941–42.

Roma returned to form after being inconsistent for much of the late 1930s; A.S. Roma recorded an unexpected title triumph in the 1941–42 season by winning their first ever scudetto title. The eighteen goals scored by local player Amedeo Amadei were essential to the Alfréd Schaffer coached Roma side winning the title. At the time Italy was involved in World War II and Roma were playing at the Stadio del Partito Nazionale Fascista.

In the years just after the war, Roma were unable to recapture their league stature from the early 1940s. Roma finished in the lower half of Serie A for five seasons in a row, before eventually succumbing to their only ever relegation to Serie B at the end of the 1950–51 season; around a decade after their championship victory. Under future national team manager Giuseppe Viani, promotion straight back up was achieved.

After returning to Serie A, Roma managed to stabilise themselves as a top half club again with players such as Egisto Pandolfini, Dino Da Costa and Dane Helge Bronée. Their best finish of this period was under the management of Englishman Jesse Carver, when in 1954–55 they finished as runners-up, after Udinese who originally finished second were relegated for corruption.

Although Roma were unable to break into the top four during the following decade, they did achieve some measure of cup success. Their first honour outside of Italy was recorded in 1960–61 when Roma won the Inter-Cities Fairs Cup by beating Birmingham City 4–2 in the finals. A few years later Roma won their first Coppa Italia trophy in 1963–64, by beating Torino 1–0. Their second Coppa Italia trophy was won in 1968–69 when it was competed in a small league like system. Giacomo Losi set a Roma appearance record during 1969 with 450 appearances in all competitions, the record he set would last for 38 years.

Time of mixed fortunes

Roma were able to add another cup to their collection in 1972, with a 3–1 victory over Blackpool in the Anglo-Italian Cup. During much of the 1970s Roma's appearance in the top half of Serie A was sporadic. The best place the club were able to achieve during the decade was third in 1974–75. Notable players who turned out for the club during this period included midfielders Giancarlo De Sisti and Francesco Rocca.

Pruzzo with Roma and a scudetto patch.

The dawning of a newly successful era in Roma's footballing history was brought in with another Coppa Italia victory, they beat Torino on penalties to win the 1979–80 cup. Roma would reach heights in the league which they had not touched since the '40s by narrowly and controversially finishing as runners-up to Juventus in 1980–81. Former Milan player Nils Liedholm was the manager at the time, with prominent players such as Bruno Conti, Agostino Di Bartolomei, Roberto Pruzzo and Falcão.

The second scudetto did not elude Roma for much longer; in 1982–83 the Roman club won the title for the first time in 41 years, amidst joyous celebrations in the capital. The following season Roma finished as runners-up in Italy and collected a Coppa Italia title, they also finished as runners-up in the European Cup final of 1984. The European Cup final with Liverpool ended in a 1–1 draw with a goal from Pruzzo, but Roma eventually lost the penalty shoot-out. Roma's successful run in the 1980s would finish with a runners-up spot in 1985–86 and a Coppa Italia victory, beating out Sampdoria 3–2. After that a comparative decline began in the league, one of the few league highs from the following period was a third place in 1987–88. At the start of the 1990s the club was involved in an all-Italian UEFA Cup final, where they lost 2–1 to Internazionale in 1991; the same season the club won its seventh Coppa Italia trophy and ended runners-up to Sampdoria in the Supercoppa Italiana. Aside from finishing runners-up to Torino in a Coppa Italia final, the rest of the decade was largely sub-par in the history of Roma; especially in the league where the highest they could manage was fourth in 1997–98.

In the new millennium

Francesco Totti, current captain.

Roma returned to form in the 2000s, starting the decade in great style by winning their third ever Serie A title in 2000–01; the scudetto was won on the last day of the season by beating Parma 3–1, edging out Juventus by two points. The club's captain, Francesco Totti was a large reason for the title victory and he would become one of the main heroes in the club's history, going on to break several club records. Other important players during this period included Aldair, Cafu, Gabriel Batistuta and Vincenzo Montella. The club attempted to defend the title in the following season but ended as runners-up to Juventus by just one point. This would be the start of Roma finishing as runners-up many times in both Serie A and Coppa Italia during the 2000s; they lost out 4–2 to AC Milan in the Coppa Italia final of 2003 and lost out to Milan again by finishing second in Serie A for the 2003–04 season. A Serie A scandal was revealed during 2006 and Roma were one of the teams not involved; after punishments were handed out Roma was re-classified as runners-up for 2005–06; the same season in which they finished second in the Coppa Italia losing to Inter. In the two following seasons Roma finished as Serie A runners-up, meaning that in the 2000s Roma have finished in the top two positions more than any other decade in their history. Meanwhile in the Champions League during both of these seasons they reached the quarter-finals before going out to Manchester United.

Kamis, 04 Desember 2008

Manchester United

Manchester United F.C.

Nama Lengkap : Manchester United

Julukan : The Red Devils (Setan Merah)

Did

irikan : 1878, sebagai Newton Heath

Lapangan : Old Trafford, Manchester

Kapasitas : 76.000

Ketua : Joel & Avram Glazer

Manajer : Sir Alex Ferguson

Liga : Liga utama Inggris

2007-2008 : Peringkat 1 Liga utama Inggris

Manchester United F.C. (biasa disingkat Man Utd, Man United atau hanya MU ) adalah sebuah klub sepak bola Inggris yang berbasis di Old Trafford, Manchester.

Dibentuk sebagai Newton Heath LYR F.C. pada 1878 sebagai tim sepak bola depot Perusahaan Kereta Api Lancashire dan Yorks hire Railway di Newton Heath, namanya berganti menjadi Manchester United pada 1902.

Meski sejak dulu telah termasuk salah satu tim terkuat di Inggris, barulah sejak 1993 Manchester United meraih dominasi yang besar di kejuaraan domestik di bawah arahan Sir Alex Ferguson - dominasi dengan skala yang tidak terlihat sejak berakhirnya era Liverpool F.C. pada pertengahan 1970-an dan awal 1980-an. Sejak bergulirnya era Premiership di tahun 1992, Manchester United adalah tim yang paling sukses dengan delapan kali merebut tropi juara.

Meskipun sukses di kompetisi domestik, kesuksesan tersebut masih sulit diulangi di kejuaraan Eropa; mereka hanya pernah meraih juara di Liga Champions tiga kali sepanjang sejarahnya (1968, 1999, 2008).

MU menjadi salah satu klub paling sukses di Inggris; sejak musim 86-87, mereka telah meraih 20 trofi besar - jumlah ini merupakan yang terbanyak di antara klub-klub Liga Utama Inggris. Mereka telah memenangi 17 trofi juara Liga Utama Inggris. Pada tahun 1968, mereka menjadi tim Inggris pertama yang berhasil memenangi Liga Champions Eropa, setelah mengalahkan S.L. Benfica 4–1, dan mereka memenangi Liga Champions Eropa untuk kedua kalinya pada tahun 1999 dan sekali lagi pada tahun 2008 setelah mengalahkan Chelsea F.C. di final. Mereka juga memegang rekor memenangi Piala FA sebanyak 11 kali.[1]

Pada 12 Mei 2005, pengusaha Amerika Serikat Malcolm Glazer menjadi pemilik klub dengan membeli mayoritas saham yang bernilai £800 juta (US$1,47 milyar) seiring dengan banyaknya protes dari para pendukung fanatik.

Sejarah

Tahun Awal (1878-1945)


Tim Manchester United pada awal sesi 1905-06, yang pada saat itu menjadi juara dua di Divisi 2 dan terangkat.Tim pertama kali dibentuk dengan nama Newton Heath L & YR F.C. pada 1878 sebagai tim karya Lancashire dan Yorkshire stasiun kereta api di Newton Heath. Kaos tim berwarna hijau - emas. Mereka bermain di sebuah lapangan kecil di North Road, dekat stasiun kereta api Piccadilly Manchester selama lima belas tahun, sebelum pindah ke Bank Street di kota dekat Clayton pada 1893. Tim sudah memasuki kompetisi sepak bola tahun sebelumnya dan mulai memutuskan hubungannya dengan stasiun kereta api, menjadi perusahaan mandiri, mengangkat seorang sekretaris perkumpulan dan pengedropan "L&YR" dari nama mereka untuk menjadi Newton Heath F.C saja..
Tak lama kemudian, di tahun 1902, tim nyaris bangkrut, dengan utang lebih dari £2500. Lapangan Bank Street mereka telah ditutup.

Sebelum tim mereka bubar, mereka menerima investasi dari J. H. Davies, direktur Manchester Breweries. Awalnya, seorang legenda tim, Harry Stafford, yang merupakan kapten tim, memamerkan anjing St. Bernardnya, kemudian Davies memutuskan untuk membeli anjing itu. Stafford menolak, tetapi berhasil mempengaruhi Davies untuk menannamkan modal pada tim dan menjadi chairman tim.[3] Diadakan rapat untuk mengganti nama perkumpulan. Manchester Central dan Manchester Celtic adalah nama yang diusulkan, sebelum Louis Rocca, seorang imigran muda asal Italia, berkata "Tuan-tuan, mengapa kita tidak menggunakan nama Manchester United?"[4] Nama ditetapkan dan Manchester United secara resmi eksis mulai 26 April 1902. Davies juga memutuskan untuk mengganti warna tim dan terpilihlah warna merah dan putih sebagai warna tim Manchester United.

Ernest Mangnall ditunjuk menjadi sekretaris klub menggantikan James West yang mengundurkan diri pada tanggal 28 September 1902. Mangnall bekerja keras untuk mengangkat tim ke Divisi Satu dan gagal pada upaya pertamanya, menempati urutan 5 Liga Divisi Dua. Mangnall memutuskan untuk menambah sejumlah pemain ke dalam klub dan merekrut pemain seperti Harry Moger, Dick Duckworth, dan John Picken, ada juga Charlie Roberts yang membuat dampak besar. Dia dibeli £750 dari Grimsby Town pada April 1904, dan membawa tim ke posisi tiga klasmen akhir musim 1903-1904.

Mereka kemudian berpromosi ke Divisi Satu setelah finis diurutan dua Divisi Dua musim 1905–06. Musim pertama mereka di Divisi Satu berakhir kurang baik, mereka menempati urutan 8 klasmen. Akhirnya mereka memenangkan gelar liga pertamanya pada tahun 1908. Manchester City sedang diselidikikarena menggaji pemain diatas regulasi yang ditetapkan FA. Mereka didenda £250 dan delapan belas pemain mereka dihukum tidak boleh bermain untuk mereka lagi. United dengan cepat mengambil kesempatan dari situasi ini, merekrut Billy Meredith dan Sandy Turnbull, dan lainnya. Pemain baru ini tidak boleh bermain dahulu sebelum tahun Baru 1907, akibat dari skors dari FA. Mereka mulai bermain pada musim 1907–08 dan United membidik gelar juara saat itu. Kemenangan 2–1 atas Sheffield United memulai kemenangan beruntun sepuluh kali United. Namun pada akhirnya, mereka tutup musim dengan keunggulan 9 poin dari rival mereka, Aston Villa.

Klub membutuhkan waktu dua tahun untuk membawa trofi lagi, mereka memenangkan trofi Liga Divisi Satu untuk kedua kalinya pada musim 1910–11. United pindah ke lapangan barunya Old Trafford. Mereka memainkan pertandingan pertamanya di Old Trafford pada tanggal 19 Februari 1910 melawan Liverpool, tetapi mereka kalah 4-3. Mereka tidak mendapat trofi lagi pada musim 1911–12, mereka tidak didukung oleh Mangnall lagi karena dia pindah ke Manchester City setelah 10 tahunnya bersama United. Setelah itu, mereka 41 tahun bermain tanpa memenangkan satu trofi pun.

United kembali terdegradasi pada tahun 1922 setelah sepuluh tahun bermain di Divisi Satu. Mereka naik divisi lagi tahun 1925, tetapi kesulitan untuk masuk jajaran papan atas liga Divisi Satu dan mereka turun divisi lagi pada tahun 1931. United meraih mencapaian terendah sepanjang sejarahnya yaitu posisi 20 klasemen Divisi Dua 1934. kekuatan mereka kembali ketika musim 1938–39.

Era Busby (1945-1968)

Pada tahun 1945, Matt Busby ditunjuk menjadi manager dari tim yang berbasis di Old Trafford ini. Dia meminta sesuatu yang tidak biasa pada pekerjaannya, seperti menunujuk tim sendiri, memilih pemain yang akan direkrut sendiri dan menentukan jadwal latihan para pemain sendiri. Dia telah kehilangan lowongan manager di klub lain, Liverpool F.C., karena pekerjaan yang diinginkannya itu dirasa petinggi Liverpool adalah pekerjaan seorang direktur, tetapi United memberikan kesempatan untuk ide inovatifnya. Pertama, Busby tidak merekrut pemain, melainkan seorang asisten manager yang bernama Jimmy Mu

rphy. Keputusan menunjuk Busby sebagai manager merupakan keputusan yang sangat tepat, Busby membayar kepercayaan pengurus dengan mengantar United ke posisi kedua liga pada tahun 1947, 1948 and 1949 dan memenangkan Piala FA tahun 1948. Stan Pearson, Jack Rowley, Allenby Chilton, dan Charlie Mitten memiliki andil yang besar dalam pencapaian United ini.

Charlie Mitten pulang ke Colombia untuk mencari bayaran yang lebih baik, tetapi kemampuan pemain senior United tidak menurun dan kembali meraih gelar Divisi Satu pada 1952. Busby tahu, bahwa tim sepak bola tidak hanya membutuhkan pengalaman pemainnya, maka, dia juga berpikir untuk memasukkan beberapa pemai

n muda. Pertama-tama, pemain muda seperti Roger Byrne, Bill Foulkes, Mark Jones dan Dennis Viollet, membutuhkan waktu untuk menunjukkan permainan terbaik mereka, akibatnya United tergelincir ke posisi 8 pada 1953, tetapi tim kembali memenangkan liga tahun 1956 dengan tim yang usia rata-rata pemainnya hanya 22 tahun, mencetak 103 gol. Kebijakan tentang pemain muda ini mengantarkannya menjadi salah satu manager yang paling sukses menangani Manchester United (pertengahan 1950-an, pertengahan akhir 1960-an da

n 1990-an). Busby mempunyai pemain bertalenta tinggi yang bernama Duncan Edwards. Pemuda asal Dudley, West Midlands memainkan debutnya pada umur 16 tahun di 1953. Edwards dikatakan dapat bermain disegala posisi dan banyak yang melihatnya bermain mengatakan bahwa dia adalah pemain terbaik. Musim berikutnya, 1956–57, mereka menang liga kembali dan mencapai final Piala FA, kalah dari Aston Villa. Mereka menjadi tim Inggris pertama yang ikut serta dalam kompetisi Piala Champions Eropa, atas kebijakan FA. Musim lalu, FA membatalkan hak Chelsea untuk tampil di Piala Champions. United dapat mencapai babak semi-final dan kemudian dikandaskan Real Madrid. Dalam perjalanannya ke semi-final, United juga mencatatkan kemenangan yang tetap menunjukkan bahwa mereka adalah tim besar, mengalahkan tim juara Belgia Anderlecht 10–0 di Maine Road.

Sebuah plat kenangan di Old Trafford sebagai penghargaan untuk para pemain yang meninggal pada tragedi Munich Air.

Tragedi terjadi pada musim berikutnya, ketika pesawat membawa tim pulang dari pertandingan Piala Champions Eropa mengalami kecelakaan saat mendarat di Munich, Jerman untuk mengisi bahan bakar. Tragedi Munich air tanggal 6 Februari 1958 merenggut nyawa 8 pemain tim - Geoff Bent, Roger Byrne, Eddie Colman, Duncan Edwards, Mark Jones, David Pegg, Tommy Taylor dan Liam "Billy" Whelan - dan 15 penumpang lainnya, termasuk beberapa staf United, Walter Crickmer, Bert Whalley dan Tom Curry.[5] Terjadi 2 kali pendaratan sebelum yang ketiga terjadi kesalahan fatal, yang disebabkan tidak stabilnya kecepatan pesawat karena adanya lumpur. Penjaga gawang United Harry Gregg mempertahankan kesadaran saat kecelakaan itu dan dibawah ketakutan pesawat akan meledak, menyelamatkan Bobby Charlton and Dennis Viollet den

gan mengencangkan sabuk pengamannya. Tujuh pemain United menginggal dunia di tempat sedangkan Duncan Edwards tewas ketika perjalanan menuju rumah sakit. Sayap kanan Johnny Berry juga selamat dari kecelakaan itu, tetapi cedera membuat karir sepak bolanya berakhir cepat. Dokter Munich mengatakan bahwa Matt Busby tidak memiliki banyak harapan, namun ia pulih dengan ajaibnya dan akhirnya keluardari rumah sakit setelah dua bulan dirawat di rumah sakit.

Ada rumor bahwa tim akan mengundurkan diri dari kompetisi, namub Jimmy Murphy mengambil alih posisi manager ketika Busby dirawat di rumah sakit, klub melanjutkan kompetisinya. Meskipun kehilangan pemain, mereka mencapai final Piala FA 1958, dimana mereka kalah dari Bolton Wanderers. Akhir musim, UEFA menawarkan FA untuk dapat mengirimkan United dan juara liga Wolverhampton Wanderers untuk berpartisipasi di Piala Champions untuk penghargaan kepada para korban kecelakaan, namun FA menolak. United menekan Wolves pada musim berikutnya dan menyelesaikan liga di posisi kedua klasemen; tidak buruk untuk sebuah tim yang kehilangan sembilan pemain akibat tragedi Munich air.

Busby membangun kembali tim di awal dekade 60-an, membeli pemain seperti Denis Law dan Pat Crerand. Mungkin orang yang paling terkenal dari sejumlah pemain muda ini adalah pemuda Belfast yang bernama George Best. Best memiliki keatletikkan yang sangat langka. Tim memenangkan Piala FA tahun 1963, walaupun hanya finis diurutan 19 Divisi Satu. Keberhasilan di Piala FA membuat pemain menjadi termotivasi dan membuat klub terangkat pada posisi kedua liga tahun 1964, dan memenangkan liga tahun 1965 dan 1967. United memenangkan Piala Champions Eropa 1968, mengalahkan tim asuhan Eusébio SL Benfica 4–1 dipertandingan final, menjadi tim Inggis pertama yang memenagkan kompetisi ini. Tim United saat itu memiliki Pemain Terbaik Eropa, yaitu: Bobby Charlton, Denis Law and George Best. Matt Busby mengundurkan diri pada tahun 1969 dan digantikan oleh pelatih tim cadangan, Wilf McGuinness.

Masa Sulit (1969-1986)

United mengalami masa-masa sulit ketika ditangani Wilf McGuinness, selesai diurutan delapan liga pada musim 1969–70. Kemudian dia mengawali musim 1970–71 dengan buruk, sehingga McGuinness kembali turun jabatan menjadi pelatih tim cadangan. Busby kembali melatih United, walaupun hanya 6 bulan. Dibawah asuhan Busby, United mendapat hasil yang lebih baik, namun pada akhirnya ia meninggalkan klub pada tahun 1971. Dalam waktu itu, United kehilangan beberapa pemain kuncinya seperti Nobby Stiles dan Pat Crerand.

Manager Celtic yang berhasil membawa Piala Champions ke Glasgow, Jock Stein, ditunjuk untuk mengisi posisi manager — Stein telah menyetujui kontrak secara verbal dengan United, tetapi membatalkannya — . Frank O'Farrell ditunjuk sebagai suksesor Busby. Seperti McGuinness, O'Farrell tidak bertahan lebih dari 18 bulan, bedanya hanya O'Farrell bereaksi untuk menanggulangi penampilan buruk dari United dengan membawa muka baru ke dalam klub, yang paling nyata adalah direkrutnya Martin Buchan dari Aberdeen seharga £125,000. Tommy Docherty menjadi manager diakhir 1972. Docherty, atau "Doc", menyelamatkan United dari degradasi namun United terdegradasi pada 1974, yang saat itu trio Best, Law and Charlton telah meninggalkan klub. Denis Law pindah ke Manchester City pada musim panas tahun 1973. Pemain seperti Lou Macari, Stewart Houston dan Brian Greenhoff direkrut untuk menggantikan Best, Law and Charlton, namun tidak menghasilkan apa-apa.

Tim meraih promosi pada tahun pertamanya di Divisi Dua, dengan peran besar pemain muda berbakat Steve Coppell yang bermain baik pada musim pertamanya bersama United, bergabung dari Tranmere Rovers. United mencapai Final Piala FA tahun 1976, tetapi mereka dikalahkan Southampton. Mereka mencapai final lagi tahun 1977 dan mengalahkan Liverpool 2–1. Didalam kesuksesan ini, Docherty dipecat karena diketahui memiliki hubungan dengan istri fisioterapi.

Dave Sexton menggantikan Docherty di musim panas 1977 dan membuat tim bermain lebih defensif. Gaya bermain ini tidak disukai suporter, mereka lebih menyukai gaya menyerang Docherty dan Busby. Beberapa pemain dibeli Sexton seperti Joe Jordan, Gordon McQueen, Gary Bailey dan Ray Wilkins, namun tidak dapat mengangkat

United menembus ke papan atas, hanya sekali finis diurutan kedua, dan hanya sekali lolos ke babak final Piala FA, dikalahkan Arsenal. Karena tidak meraih gelar, Sexton dipecat pada tahun 1981, walaupun ia memenangkan 7 pertandingan terakhirnya.

Dia digantikan manager flamboyan Ron Atkinson. Dia memecahkan rekor transfer di Inggris dengan membeli Bryan Robson dari West Brom. Robson disebut-sebut merupakan pemain tengah terbaik sepeninggal Duncan Edwards. Tim Atkinson memiliki pemain baru seperti Jesper Olsen, Paul McGrath dan Gordon Strachan yang bermain bersama Norman Whiteside dan Mark Hughes. United memenangkan Piala FA 2 kali dalam 3 tahun, pada 1983 dan 1985, dan diunggulkan untuk memenangkan liga musim 1985–86 setelah memenangkan 10 pertandingan liga pertamanya, membuka jarak 10 poin dengan saingan terdekatnya sampai Oktober 1986. Penampilan United kemudian menjadi buruk dan United mengakhiri musim di urutan 4 klasemen. Hasil buruk United terus berlanjut sampai akhir musim dan dengan hasil yang buruk yaitu diujung batas degradasi, pada November 1986, Atkinson dipecat.

Era Alex Ferguson (1986-sekarang)

Alex Ferguson datang dari Aberdeen untuk menggantikan Atkinson dan mengantarkan klub meraih posisi 11. Musim berikutnya yaitu musim 1987–88, United menyelesaikan liga di posisi kedua, dengan Brian McClair yang menjadi pencetak 20 gol liga setelah George Best.

United mengalami masa sulit 2 musim berikutnya. Dengan pembelian pemain yang cukup banyak, Ferguson tidak dapat memenuhi harapan suporter. Alex Ferguson telah berada dalam bahaya pemecatan pada awal 1990, tetapi sebuah gol dari Mark Robins membawa United menang 1–0 atas Nottingham Forest di babak ketiga Piala FA. Ini membuat Ferguson terselamatkan dan pada akhirnya United memenangkan Piala FA, setelah mengalahkan Crystal Palace di partai ulang babak final.

United memenangkan Winners' Cup Eropa di 1990–91, mengalahkan juara Spanyol musim itu, Barcelona di final, tetapi mengecewakan di musim berikutnya karena di liga mereka kalah dari saingan, Leeds United.

Kedatangan Eric Cantona di November 1992 merupakan sebuah langkah krusial United saat itu. Cantona membaur bersama pemain [[nal Piala FA menjadikan MU menjadi juara dua di liga dan Piala FA. Ferguson membuat suporter kesal karena menjual beberapa pemain Beberapa dari mereka langsung terpilih menjadi anggota Tim Nasional Sepak Bola Inggris. Secara mengejutkan, United kembali meraih double pada musim 1995–96. Ini adalah pertama kalinya klub Inggris meraih double sebanyak dua kali dan akhirnya mereka mendapat sebutan "Double Double".[6]

Mereka memenangkan liga musim 1996–97 dan Eric Cantona menyatakan pensiun dari persepak bolaan profesional pada usia 30. Mereka mengawali musim 1997–98 dengan baik, tetapi mengakhiri liga pada posisi dua klasemen, dibawah pemenang dua gelar, Arsenal.



Treble (1998-1999)

Musim 1998–99 untuk Manchester United adalah musim tersukses karena mereka berhasil menjadi satu-satunya tim Inggris yang pernah meraih Treble(tiga gelar dalam satu musim) — dengan memenangkan Liga Utama Inggris, Piala FA dan Liga Champion UEFA di musim yang sama.[7] Setelah melewati Liga Utama yang padat, Manchester United berhasil memenangkan liga pada pertandingan terakhir melawan Tottenham Hotspur dengan skor 2–1, ketika Arsenal menang 1–0 atas Aston Villa.[8] Memenangkan Liga Utama merupakan bagian pertama dari treble United, yang disebut Ferguson bagian tersulit.[8] Di final Piala FA mereka bertemu Newcastle United dan menang 2–0 melalui gol Teddy Sheringham dan Paul Scholes.[9] Pada pertandingan terakhir mereka musim itu, pertandingan Final Liga Champions Eropa 1999, mereka mengalahkan Bayern Munich, pertandingan tersebut disebut-sebut sebagai comeback terbaik yang pernah ada, kalah sampai dengan injury time dan mencetak gol dua kali di menit-menit terakhir untuk memastikan kemenangan 2–1.[7] Manchester United juga memenangkan Piala Interkontinental setelah mengalahkan Palmeiras 1–0 di Tokyo.[10]

Setelah Treble (1999-sekarang)

United memenangkan liga tahun 2000 dan 2001, tetapi mereka gagal meraih kembali trofi kompetisi Eropa. Pada tahun 2000, Manchester United menjadi salah satu dari 14 pendiri kelompok G-14.[11] Ferguson mengadopsi gaya permainan bertahan dan tetap gagal di kompetisi Eropa dan United menyelesaikan liga padaurutan ketiga klasemen. Mereka meraih kembali gelar liga musim berikutnya dan memulai musim dengan sangat baik, namun penampilan mereka memburuk ketika Rio Ferdinand menerima skorsing 8 bulan karena gagal dalam tes doping. Mereka memenangkan Piala FA 2004, setelah mengalahkan Millwall.

Musim 2004-05, produktivitas gol United berkurang, yang disebabkan oleh cederanya Ruud van Nistelrooy dan United menyelesaikan musim tanpa meraih satu gelar pun. Kali ini, Piala FA dimenangkan oleh Arsenal yang mengalahkan United melalui adu penalti. Di luar lapangan, cerita utamanya adalah kemungkinan klub diambil alih oleh pihak lain dan pada akhir musim, Malcolm Glazer, seorang pengusaha asal Tampa, telah memiliki kepemilikikan United.

United melakukan awal buruk pada musim 2005–06, dengan kepergian Roy Keane yang bergabung dengan Celtic setelah United banyak dikritik publik dan klub gagal melewati babak knock-out Liga Champions untuk pertama kalinya dalam satu dekade setelah kalah dari tim asal Portugal, Benfica. Musim ini adalah musim yang buruk bagi United karena pemain kunci mereka seperti, Gabriel Heinze, Alan Smith, Ryan Giggs dan Paul Scholes cedera. Mereka hanya meraih satu gelar musim itu, Piala Liga, mengalahkan tim promosi Wigan Athletic dengan skor 4–0. United memastikan tempat di urutan kedua klasemen liga dan lolos otomatis ke Liga Champions setelah mengalahkan Charlton Athletic 4–0. Akhir musim 2005–06, satu dari penyerang kunci, Ruud van Nistelrooy, meninggalkan klub dan bergabung dengan Real Madrid, karena hubungannya dengan Alex Ferguson retak.[12]

Musim 2006-07 memperlihatkan gaya permainan United yang menyerang seperti pada dekade 90-an, mencetak 20 gol lebih di 32 pertandingan. Pada Januari 2007, United mendapatkan Henrik Larsson dengan status pinjaman selama 2 bulan dari Helsingborgs, dan pemain itu memiliki pera penting dalam pencapaian United di Liga Champions,[13] dengan harapan meraih Treble kedua; namun setelah mencapai babak semi-final, United kalah dari A.C. Milan 3–5(agregat).[14]

Dalam perayaan ke-50 keikutsertaan Manchester United dalam kompetisi Eropa, dan juga perayaan ke-50 dari Treaty of Rome, Manchester United bertanding melawan Marcello Lippi dan tim Eropa XI di Old Trafford pada 13 Maret 2007. United memenangkan pertandingan 4–3.[15]

Empat tahun setelah gelar terakhir mereka, United meraih kembali gelar juara liga pada 6 Mei 2007, setelah Chelsea bermain imbang dengan Arsenal, meninggalkan the Blues tujuh poin dibelakang dengan menyisakan 2 pertandingan, diikuti kemenangan United 1–0 dalam derbi Manchester hari sebelumnya, mengantarkan United ke gelar kesembilan Premiership-nya dalam 15 tahun eksistensinya. Namun, mereka tidak dapat mencapai double keempat mereka, karena Chelsea mengalahkan United 1-0 di final Piala FA 2007 yang berlangsung di Stadion Wembley yang baru.

Pada 11 Mei 2008, United kembali meraih gelar liga setelah mengalahkan Wigan 2-0 di pertandingan terakhir untuk memastikan gelar tersebut, disusul gelar Liga Champion pada tanggal 21 Mei 2008 yang diraih dengan mengalahkan Chelsea 6-5 di final melalui adu penalti setelah bermain seri 1-1 di waktu normal 2x45 menit serta perpanjangan waktu 2x15 menit.

Lambang dan warna klub

Ketika nama tim masih Newton Heath, seragam tim berwarna hijau-kuning. Pada tahun 1902, sehubungan dengan pergantian nama menjadi Manchester United, klub mengganti warna seragam mereka menjadi merah(kaos), putih(celana), dan hitam(kaos kaki), yang menjadi standar seragam MU sampai saat ini. Pengecualian ketika tim bertanding di Final Piala FA tahun 1909 melawan Bristol City, kaos berwarna putih berkerah merah berbentuk V. Desain seragam ini kembali digunakan saat 1920-an ketika seragam tim berwarna merah-merah.

Kostum tandang biasanya adalah kaos putih, celana hitam, dan kaos kaki putih, tetap warna lain juga pernah digunakan, termasuk kaos biru bergaris putih yang digunakan dari tahun 1903 sampai 1916, hitam seluruhnya pada 1994 dan 2003 dan kaos biru dengan garis horisontal perak pada tahun 2000. Satu yang paling terkenal, hanya dipakai sebentar, kostum tandang United yang berwarna keseluruhan abu-abu dipakai pada musim 1995–96. Kostum ini tidak digunakan lagi saat MU kalah pada pertandingan pertama pemakaian kostum ini. Pada babak pertama, MU kalah 3-0 dari Southhampton, mereka mengganti seragam yang mereka kenakan menjadi seragam ketiga mereka yang berwarna biru-putih, tetapi pada akhirnya kalah 3–1. Seragam abu-abu tidak pernah lagi digunakan akibat hasil buruk yang mereka dapat pada pertandingan pertama dengan seragam abu-abu itu.[16][17] Seragam tandang MU yang terkenal lainnya adalah kaos putih dengan lengan hitam dan garis emas-hitam. Seragam ini adalah seragam terakhir yang didesain Umbro sebelum MU memilih produsen Nike, dan memperingati 100 tahun pergantian nama dari Newton Heath F.C menjadi Manchester United.

Kostum ketiga United berwarna biru, yang dikenakan pemain saat memenangkan Piala Champions 1968. Pengecualian, kostum kuning terang yang digunakan pada awal 1970-an, seragam biru bergaris putih yang dipakai 1996, dan kaos putih bergaris merah-hitam yang dipakai pada 2004. United juga menggunakan kostum ketiga untuk latihan. United mengadopsi warna kostum hitam keseluruhan pada musim 1998–99 dan kaos biru tua dengan pinggiran marun pada tahun 2001 untuk bertanding melawan Southampton dan PSV Eindhoven.

Lambang Manchester United telah diganti beberapa kali, tetapi perubahan yang dilakukan tidak terlalu signifikan. Setan yang terletak ditengah lambang merupakan akar dari julukan "Setan Merah"(The Red Devils), yang muncul di era 1960-an setelah Matt Busby mendengar itu dari fans tim rugbi Salford.[18] Pada akhir 60-an, the devil had started to be included on club programmes and scarves, sebelum akhirnya lambang setan itu dimasukkan ke dalam lambang klub, memegang trisula. Di 1998, logo kembali didesain ulang, kali ini menghilangkan tulisan "Football Club".[19] Perubahan ini bertentangan dengan pendapat suporter, yang memandang bahwa MU semakin menjauhi akar sepak bola dan perubahan ini hanya untuk kepentingan bisnis semata.

Pemain


Tim Utama

No.


Posisi

Nama pemain

No.


Posisi

Nama pemain

1


GK

Edwin van der Sar

20


DF

Fabio

2


DF

Gary Neville (Kapten)

21


DF

Rafael

3


DF

Patrice Evra

22


DF

John O'Shea

4


MF

Owen Hargreaves

23


DF

Jonathan Evans

5


DF

Rio Ferdinand

24


MF

Darren Fletcher

6


DF

Wes Brown

26


FW

Manucho

7


MF

Cristiano Ronaldo

28


MF

Darron Gibson

8


MF

Anderson

29


GK

Tomasz Kuszczak

9


FW

Dimitar Berbatov

32


FW

Carlos Tévez

10


FW

Wayne Rooney

33


MF

Sam Hewson

11


MF

Ryan Giggs (Wakil kapten)

34


MF

Rodrigo Possebon

12


GK

Ben Foster

35


MF

Tom Cleverley

13


MF

Park Ji-Sung

36


MF

David Gray

15


DF

Nemanja Vidić

38


GK

Ron-Robert Zieler

16


MF

Michael Carrick

39


DF

James Chester

17


MF

Nani

40


GK

Ben Amos

18


MF

Paul Scholes

41


FW

Federico Macheda

19


FW

Danny Welbeck

42


DF

Richard Eckersley

Pemain yang dipinjamkan

No.


Posisi

Nama pemain

25


DF

Danny Simpsons (di Blackburn Rovers sampai 30 Juni 2009)

30


MF

Lee Martin (di Nottingham Forest sampai 31 Desember 2008)

31


FW

Fraizer Campbell (di Tottenham Hotspur sampai 30 Juni 2009)

37


DF

Craig Cathcart (di Plymouth Argyle sampai 8 Februari 2009)

45


FW

Febian Brandy (di Swansea City sampai 31 Desember 2008)

--


GK

Tom Heaton (di Cardiff City sampai 30 Juni 2009)

Pengurus Klub

Pemilik : Malcolm Glazer

Presiden Direktur : Martin Edwards

Manchester United Limited

Chairman : Joel Glazer & Avram Glazer

Direktur : Bryan Glazer, Kevin Glazer, Edward Glazer & Darcie Glazer

Pimpinan Eksekutif : David Gill

Chief Operating Officer : Michael Bolingbroke

Direktur Komersial : Richard Arnold

Klub sepak bola Manchester United

Direktur : David Gill, Michael Edelson, Sir Bobby Charlton, Maurice Watkins

Sekretaris Klub : Ken Ramsden

Asisten Sekretaris Klub : Ken Merrett

Staf tim senior

Sekretaris Perusahaan : Patrick Stewart

Asisten Sekretaris Perusahaan : Ken Ramsden

Direktur Komunikasi : Phil Townsend

Direktur Komersial : Ben Hatton

Direktur Pemasaran : vacant

Direktur Servis Finansial : Steve Falk

Direktur Finansial dan TI : Steve Deaville

Direktur Fasilitas : Clive Snell

Staf kepelatihan dan medis

Manajer : Sir Alex Ferguson

Asisten Manajer : Mike Phelan

Pelatih Tim Utama : René Meulensteen

Pelatih Kiper : Eric Steele

Pelatih Kebugaran : Tony Strudwick

Pelatih Fisik : Mick Clegg

Manajer Tim Cadangan : Ole Gunnar Solskjær

Pelatih Tim Cadangan : Warren Joyce

Pimpinan Pencari Bakat : Jim Lawlor

Pimpinan Pencari Bakat Eropa : Martin Ferguson

Direktur Akademi : Brian McClair

Direktur Sepak Bola Muda : Jimmy Ryan

Staf Kepelatihan Akademi

Asisten Direktur untuk usia 17–21 tahun : Paul McGuinness

Asisten Direktur untuk usia 9–16 tahun : Tony Whelan

Pelatih Kepala U-18 : Paul McGuinness

Pelatih Kepala U-16 : Mark Dempsey

Pelatih Kepala U-12 : Tony Whelan

Pelatih Kepala U-10 : Eamon Mulvey

Pelatih Pengembangan Teknik : René Meulensteen

Pelatih Kiper : Richard Hartis

Pelatih Akademi : Eddie Leach, Tommy Martin, Mike Glennie & Andy Welsh

Staf Medis

Dokter Tim : Dr. Steve McNally

Asisten Dokter Tim : Dr. Tony Gill

Ahli fisioterapi Tim Utama : Rob Swire

Ahli fisioterapi Tim Cadangan : Neil Hough

Ahli fisioterapi Akademi Senior : Mandy Johnson

Ahli fisioterapi Akademi : John Davin & Richard Merron

Pemijat : Gary Armer & Rod Thornley

Pengatur Makanan Tim : Trevor Lea





Prestasi


Domestik

Liga

Liga Utama Inggris[22]: 17

1907–08, 1910–11, 1951-52, 1955-56, 1956–57, 1964–65, 1966-67, 1992-93, 1993-94, 1995-96, 1996-97, 1998-99, 1999-2000, 2000-01, 2002–03, 2006-07, 2007-08

Liga Divisi Satu Inggris[23]: 2

1935–36, 1974–75

Piala

Piala FA: 11

1909, 1948, 1963, 1977, 1983, 1985, 1990, 1994, 1996, 1999, 2004.

Piala Carling: 2

1992, 2006

FA Charity/Community Shield: 16

1908, 1911, 1952, 1956, 1957, 1965*, 1967*, 1977*, 1983, 1990*, 1993, 1994, 1996, 1997, 2003, 2007 (* juara bersama)

Eropa

Liga Champions UEFA: 3

1968, 1999, 2008

Piala Winners UEFA: 1

1991

Piala Super UEFA: 1

1991

Internasional

Piala Interkontinental/Kejuaraan Dunia Antar Klub: 1

1999